ORMAWA UNY IKUTI USLS DI HONG KONG

.

.

Ormawa UNY mengikuti 6th University Scholars Leadership Symposium (USLS) di  Polytechnic University Hong Kong yang berlangsung mulai tanggal 1 Agustus sampai dengan 7 Agustus 2015 dengan tema “Enrich, Educate, Enlighten”. Tujuan program tersebut adalah mengembangkan wawasan, kepedulian, dan memberikan pengalaman kepada para calon pemimpin masa depan untuk melihat dunia sekitar secara lebih nyata, peduli, dan berpartisipasi aktif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan nyata yang muncul di masyarakat. 

Sesuai dengan tujuan program tersebut, mahasiswa UNY yang diberangkatkan adalah para pengurus ormawa, baik tingkat universitas maupun fakultas.  Tim terdiri dari 12 orang mahasiswa yang terdiri dari Septi Afifah (BEM UNY), Ardi Aprilianto (Ketua UKM Rekayasa Teknologi UNY), Sekti Sejati (Paduan Suara Mahasiswa UNY), Aggia Zainur (Ketua Kopma UNY), Ratna Fitriani (Ketua UKM Karate), Oky Abri Kurnia (BEM FIK), Anggraeni KD (BEM FMIPA), Mela Melinda (DPM FBS), Alvin Dwi S (Sosiologi FIS), Willis Putri H(BEM FIP), Umi Puji Lestari (Jurusan Pendidikan Elektronika FT), dan Titik Ulfatun (UKMF FE).  Tim tersebut didamping oleh Wakil Dekan III FBS UNY, Dr Kun Setyaning Astuti.

USLS adalah program leadership internasional yang bermaksud mengubah hidup peserta dengan memberikan pengalaman luar biasa di luar kelas yang dapat meningkatkan kepercayaan dirinya sehingga menjadi pribadi baru yang mampu memandang dunia secara lebih nyata sekaligus mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan dunia. Sejak tahun 2010, organisasi penyelenggara Humanitarian Affairs ini telah bekerjasama dengan lebih dari 500 universitas terkemuka di dunia, antara lain Harvard, Princeton, Yale, Oxford University, University of Cambridge, dan lain-lain. Hingga saat ini terdapat lebih dari 3.300 pemimpin muda dari lebih 60 negara yang berhasil mengubah dunia dengan pemikiran dan tindakan nyata dalam bidang kemanusiaan setelah mengikuti program tersebut.

Symposium ke-6 yang dilaksanakan di Universitas terkemuka di Hong Kong, Polytecnic University yang dipimpin oleh Janice Leong (Direktur Humanitarian Affair wilayah Asia) ini dihadiri oleh 873 pemimpin-pemimpin muda berusia antara 18—25 tahun  dari 57 negara, yang berpotensi membawa pengaruh terhadap perubahan sosial melalui pemikiran dan pengalaman belajarnya.

Acara tersebut dibuka oleh Matthew Cheung Kin-Chung, Minister for Labour and Welfare dan Tony Simpson, Minister for Youth for Western Australia yang sekaligus memberi sambutan.  Bertindak sebagai keynote speaker adalah Mr. Haoliang Xu, Assistant Administrator and Director, Regional Bureau for Asia and the Pacific of the United Nations Development Programme (UNDP) yang menggugah para pemimpin muda dunia untuk siap melangkah dan bekerja sama dengan organisasi dunia.

Symposium tersebut paling tidak menghadirkan 14 pembicara dari berbagai bidang ilmu yang berhasil memberi inspirasi dan menyadarkan pada para peserta calon pemimpin muda dunia tentang hal-hal yang terjadi di dunia dewasa ini yang memerlukan uluran tangan para pemimpin muda untuk mengatasinya. Para pembicara tersebut antara lain  Francis Ngai, pendiri dan kepala Executive Officer of Social Ventures Hong Kong, yang merupakan salah satu nominator 100 pionir bidang Ekonomi Asia versi “The Purpose Economy 2014”; Gigi Chao, pebisnis wanita sukses pendiri Faith in Love Foundation yang mengajak peserta untuk membantu masyarakat miskin dan mengingatkan generasi muda tentang kekuatan seni sebagai medium komunikasi.  Beliau juga berharap dapat mengajak generasi muda lebih banyak lagi untuk bergabung dalam komunitasnya. Pembicara berikutnya adalah Angela Spaxman pelatih karir dan leadership.

Hadir pula pada kesempatan tersebut dua pembicara dari musisi, yaitu Lee Seunghee, artis rekaman profesional sekaligus produser yang berbicara bagaimana menemukan “inner self” dan “one’s true passions” serta Michelle Kim, pianis asal Hong Kong.  Pembicara yang juga banyak mendapat respon adalah Chandran Nair, founder and CEO of Global Institute of Tomorrow yang berbicara tentang “Your 21th century, Face live or Face book”, Geraldine Cox pendiri “Sunrise Children’s home” Kamboja, dan David James Begbie, Director Cross Road Foundation asal Australia yang menceritakan pengalamannya menerima permohonan dan mencarikan bantuan bagi anak-anak terlantar di seluruh dunia.

Symposium juga mengadakan kegiatan Learning Jurney.  Para peserta diberi kesempatan untuk memilih salah satu kegiatan yang ditawarkan antara lain, membantu di panti jompo, membantu membersihkan sampah di jalan, atau simulasi tentang pengungsi yang diperankan oleh peserta dan didokumentasikan dalam bentuk film pendek.

Selama kegiatan symposium tim, UNY ikut berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Baik dosen maupun mahasiswa UNY ikut memberi kontribusi baik dalam bentuk pendapat maupun pertanyaan. Pendapat dan pernyataan tersebut mendapat respon yang posisif baik oleh pembicara maupun peserta yang berjumlah 837 tersebut. Bahkan di luar forum seorang asisten professor dari Asia University Taiwan, Shun-Cuan Liao, Ed.D. menyatakan kegagumannya pada delegasi Indonesia yang aktif dan berani menyampaikan pendapat yang bermutu.

Pengiriman para mahasiswa ke 6th USLS Hong Kong ini merupakan program dari Kantor Urusan Internasional dan Kerjasama di bawah komando WR IV Prof. Suwarsih Madya, Ph.D. dan program bidang Kemahasiswaan di bawah koordinasi dari WR III, Prof. Dr. Sumaryanto, M.Kes.(Humas UNY/Apw)